Peringatan Hari Jadi Lumajang 757
benar-benar memberikan kebanggaan dari masyarakat Lumajang. Kenapa tidak,
karena hiburan masyarakat Lumajang ini menjadi ikon khas Lumajang. Ikon itu
adalah seni budaya Jaran Kencak dan tari kopyah. Beberapa waktu yang lalu,
ribuan warga masyarakat Lumajang memadati Alun- alun Kota Lumajang. Jaran
Kencak dan tari kopyah ini diberangkatkan oleh Bupati Lumajang, yang didampingi
oleh Wakil Bupati Lumajang dan Muspida Lumajang.
Kesenian yang telah menjadi ikon
Lumajang ini diikuti oleh 100 Jaran Kencak dan tari kopyah. Kesenian Jaran
Kencak dan tari kopyah terdiri dari kelompok jaranan yang tergabung dalam
paguyuban Jaran Kencak dan tari kopyah dari beberapa desa, seperti Klakah,
Ranuyoso, Kalipepe, Kedungrejo, Yosowilangun dan sejumlah desa lainnya di
Lumajang. Amplos tepuk tangan yang meriah diberikan masyarakat Lumajang kepada
Bupati Lumajang saat beliau sedang mencoba mengendalikan Jaran Kencak dan tari
kopyah dalam sebuah atraksinya. Kirab Jaran Kencak dan tari kopyah seperti ini
sudah dilaksanakan 2 kali kegiatan Harjaru, yaitu pada peringatan Harjalu ke
756 dan ke 757.
Bahwa Jaran Kencak dan tari kopyah
telah menjadi ikon dari Harjalu. “Jaran kencak dan tari kopyah adalah kesenian
asli Lumajang dan tersebar di wilayah Tapal Kuda, jadi perlu diangkat menjadi
ikon Harjalu,”. Kesenian Jaran kencak dan tari kopyah sebuah budaya untuk
menghargai seekor kuda milik Ranggalawe yang merupakan anak dari Arya Wiraraja
sebagai pemimpin Kerajaan Lamajang. Sehingga, oleh masyarakat Lumajang untuk
melestarikan kuda dari Ranggalawe yang hebat dalam berperang dan berkesenian,
akhirnya oleh orang dulu melatih seekor kuda yang bisa berjoget bila ditabuhkan
gamelan. “Kuda kencak dan tari kopyah ini adalah lokal genius dan perlu
dilestarikan dan ini budaya Lumajang asli,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar